Bandar Lampung – Para pengrajin bingkai dan kaligrafi di Bandar Lampung mengalami penurunan drastis dalam penjualan sejak pandemi COVID-19 melanda. Salah satu pengrajin, Rama (45), mengungkapkan bahwa usahanya yang telah bertahun-tahun berjalan kini menghadapi tantangan besar akibat menurunnya daya beli masyarakat.
“Sebelum pandemi, pesanan selalu ada, baik dari perorangan maupun instansi. Namun, setelah COVID-19, pesanan menurun drastis. Banyak pelanggan yang dulunya rutin membeli, kini mengurangi atau bahkan berhenti sama sekali,” ujar Rama saat ditemui di workshopnya.
Menurutnya, pandemi tidak hanya berdampak pada jumlah pesanan, tetapi juga pada harga bahan baku yang semakin mahal. Kayu, kaca, dan bahan pelengkap lainnya mengalami kenaikan harga, sementara permintaan menurun, sehingga keuntungan pun semakin tergerus.
Selain faktor ekonomi, perubahan tren juga turut memengaruhi penjualan. “Sekarang banyak orang beralih ke produk digital atau memilih bingkai dan kaligrafi cetak yang lebih murah. Padahal, produk handmade memiliki nilai seni dan kualitas yang lebih baik,” tambah Rama.
Meski menghadapi situasi sulit, Rama dan para pengrajin lainnya tetap berusaha bertahan dengan berbagai cara, seperti memasarkan produk secara online dan memberikan diskon khusus untuk menarik minat pembeli. Mereka berharap dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk tetap melestarikan kerajinan lokal agar usaha mereka tidak semakin terpuruk.
Dengan adanya berbagai tantangan ini, pengrajin bingkai dan kaligrafi di Bandar Lampung berharap kondisi ekonomi segera membaik, sehingga minat masyarakat terhadap produk seni buatan tangan kembali meningkat.